Jumat, 01 April 2011

sektor industri


PENDAHULUAN

            Istilah industri mmpunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan – perusahaan sejenis. Dalam kenteks ini sebutan industri kosmetika, misalnya berarti himpunan perusahaan penghasil produk – produk kosmetik, industri tekstil maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnyaterdapat kegiatan produktif yang mengelolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual.
            Dalam buku ini, istilah industri akan digunakan untuk kedua pengertian tadi. Untuk yang pertama, industri dalam arti himpunan perusahaan – perusahaan sejenis, kata industri akan selalu dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya, misalnya industri kosmetika, industri pakaian jadi, industri sepatu dan sebagainya. Sedangkan untuk yang kedua, istilah sektor industri di dalam bab ini maksudnya adalah sektor industri pengolahan ( manufacturing ), yakni sebagai salah satu sektro produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi.





PEMBAHASAN

A.     INDUSTRI DAN INDUSTRIALISASI
Sektro industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor – sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk – produk industrial selalu memiliki “ dasar tukar “ ( terms of trade ) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk – produk sektor lain. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil – hasil indsutri juga lebih diminati karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca. Karena kelebihan – kelebihan sektor industri sebagaimana yang dipaparkan tadi, maka industrialisasi dianggap sebagai “ obat mujarab “ untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi di Negara – Negara berkembang. Hasil pembangunan paling nyata yang dapat dilihat di Negara – Negara maju dan kemudian banyak dijadikan cermin pola pembangunan oleh Negara – Negara berkembang adalah kadar keindustrian perekonomian yang dianggap merupkan sumber kekayaaan, kekuatan, dan keadaan seimbang Negara – Negara maju.
1.      ARGUMENTASI INDUSTRIALISASI
Dalam implementasinya ada empat argumentasi atau basis teori yang melandasi suatu kebijaksanaan industrialisasi. Teori – teori dimaksud ialah argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan kesempatan kerja, dan argumentasi loncatan teknologi. Pola pengembangan sektor industri suatu Negara sangat dipengaruhi ole argumentasi yang melandasinya. Negeri yang bertolak dari argumentasi keterkaitan industrial akan lebih mengutamakan pengembangan bidang – bidang industri yang palin luas mengait perkembangan bidang – bidang kegiatan atau sektor – sektor ekonomi lain.
2.      STRATEGI INDUSTRIALISASI
Jika dalam implementasi kebijaksanaan terdapat empat argumentasi, maka dalam hal strategi industrialisasi dikenal dua macam pola. Kedua pola dimaksud ialah subsitusi impor ( import substitution ) dan promosi ekspor ( export promotion ).  Sebagaimana dalam hal argumentasi – arguemntasi tadi, masing – masing strategi ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pola substitusi impor, dikenal juga dengan istilah startegi “ orientasi ke dalam “ atau inward looking strategy, ialah suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis – jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor produk – produk sejenis. Pada tahap awal – awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri – industri ringan yang menghasilkan barang – barang konsumtif. Sedangkan startegi promosi ekspos, kadang – kadang dijuluki strategi “ orientasi ke luar “ atau outward looking strategy, ialah strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis – jenis industri yang menghasilkan produk – produk untuk diekspor.

B.     SEJARAH DAN KLASIFIKASI INDUSTRI DI INDONESIA
Sebelum membahasnya lebih jauh dan dalam, ada baiknya kita mengetahui sekilas sejarah sektor industri dan klasifikasinya di Indonesia. Pengenalan akan suatu sejarah, betapapun membosankan, senantiasa berguna untuk memahami apa yang berlangsung sekarang dan mengapa demikian. Sedangkan pengenalan akan suatu klasifikasi bermanfaat untuk mengingatkan dalam konteks apa kita membicarakan sesuatu tersebut.
1.      LINTASAN SEJARAH SEKTOR INDUSTRI
Pada sekitar tahun 1920-an industri – industri modern di Indonesia hampir semuanya dimilik oleh orang asing meskipun jumlahnya relative sedikit. Industri kecil yang ada pada masa itu hanya berupa industri – industri rumah tangga seperti penggilingan padai, tekstil, dan sebagainya yang tidak terkoordinasi. Menurut sensus industri kolonial pertama ( 1939 ), industri – industri yang ada ketika itu telah memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 173 ribu orang yang bergerak dalam bidang makanan. Sesudah tahun 1957 sektor industri mengalami stagnasi dan perekonomian mengalami masa teduh. Sepangjang tahun1960-an sektor industri praktis tidak seimbang. Selain akibat situasi politik yang selalu bergejolak, juga disebabkan karena kelangkaan modal dan tenaga ahli serta trampil.



2.      KLASIFIKASI INDUSTRI
Industri dapat digolong – golongkan berdasarkan beberapa sudut tinjaun atau pendekatan. Di Indonesia, industri digolong – golongkan antara lain berdasarkan kelompok komoditas, berdasarkan skala usaha, dan berdasarkan hubungan arus produknya.
Untuk keperluan perencanaan anggaran Negara dan analistis pembangunan pemerintah membagi sektor industri penggolongan menjadi tiga subsector, yaitu :
·        Subsektor industri prngolahan nonmigas.
·        Subsector pengilangan minyak bumi.
·        Subsector pengolahan gas alam cair.
Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri ( industrialisasi ) serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Industri di Indonesia digolong – golongkan berdasarkan hubungan arus produknya menjadi :
1.      Industri hulu, yang terdiri atas :
·        Industri kimia dasar
·        Industri mesin, logam dasar, dan elektronika
2.      Industri hilir, yang terdiri atas :
·        Aneka industri
·        Industri kecil







C.     MAKROEKONOMI SEKTOR INDUSTRI
Perkembang sektor industri sejak order baru, atau tepatnya semasa pembangunan jangka panjang tahap pertama, sangat mengesankan. Hal itu dapat dilihat dari berbagai ukuran perbandingan seperti jumlah unit usaha atau perusahaan, jumlah tenaga kerja yang diserap, nilai keluaran (output ) yang dihasilkan, sumbangan dalam perolehan devisa, kontribusi dalam pembentukan pendapatan nasional, serta tingkat pertumbuhannya.
1.      PERKEMBANGAN JUMLAH PERUSAHAAN
Unit usaha atau perusahaan yang bergerak di sektor industri pengolahan di Indonesia menurut catatan terbaru uang tersedia datanya, yakni data tahun 1993, berjumlah hampir 250 juta. Jenis industri dengan sandi ISIC 37 paling sedikit jumlah perusahaannya, hanya 120 unit, semuanya tergolong perusahaan besar/sedang. Walaupun mayoritas perusahaan bergerak dalam industri kayu dan barang – barang dari kayu, namun bagi perusahaan – perusahaan besar dan sedang lahan bisnis yang paling mereka minati adalah industri makanan, minuman, dan tembakau. Pertumbuhan jumlah perusahaan di sektor industri pengolahan, sayangnya belum diiringi dengan perbaikan yang cukup berarti dalam hal komposisi skala usaha. Peta skala usaha industri tidak banyak berubah. Industri – industri berskala kecil dan industri rumah tangga masih sangat dominan.
2.      KINERJA EKSPOR
Industrialisasi di Indonesia dimulai dengan pengembangan industri – industri substitusi impor. Produk – produk yang dihasilkan terutama adalah barang – barang konsumtif yang sebelumnya dibeli dari luar negeri. Barang – barang impor dikenal tarif bea masuk yang tinggi, sekaligus juga masih dibebani pajak penjualan barang impor. Komoditas ekspor utama produk – produk industri Indonesia adalah kayu lapis, pakaian jadi, tekstil, karet olahan, dan kayu olahan lain. Nilai ekspor gabungan kelima produk ini dalam tahun 1995 mencapai US$11 miliar, hampir separoh dari nilai ekspor produk – produk industri.




3.      KINERJA PENDAPATAN
Perkembangan sektor industri semakin sangat impresif apabila dilihat dari kinerjanya dalam segi pendapatan. Produk industri pengolahan yang hanya bernilai Rp. 251 miliar pada tahun 1969 berkembang menjadi Rp. 890 miliar pada tahun 1974 atau jika diukur berdasarkan tingkat harga konstan tahun 1973 dari Rp. 399 miliar berkembang menjadi Rp. 755 miliar. Bidang – bidang industri lain,yang peranannya sangat besar dalam membentuk pendapatan total, secara berurut – urut adalah kelompok industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit, industri kimia dan barang – barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet, dan plastik. Besar kecilnya peranan antarkelompok industri dalam hal membentuk pendapatan agaknya tidak terlalu ditetntukan oleh banyak sedikitnya jumlah unit usaha dari gabungan seluruh skala industri, melainkan lebih ditentukan oleh banyak sedikitnya jumlah perusahaan berskala besar dan sedang saja. Perkembangan mengesankan sektor industri kita tak terlepas dari kebijaksanaan sektoral pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
4.      KINERJA PENCIPTAAN KERJA
Meskipun telah menjadikannya sebagai penyumbang terbesar pendapatan nasional.

D.     MIKROEKONOMI SEKTOR INDUSTRI
Keluaran atau output yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan di sektor industri tidak hanya berupa barang hasil produksinya. Beberapa jenis industri tertentu menghasilkan pula tenaga listrik yang kelebihannya kemudisan dijual, beroleh penghasilan dari jasa industri yang diberikan kepada pihak lain, serta permintaan dari jasa lain yang sifatnya non industri. Di sisi faktor produksi atau input, biaya yang dikeluarkan tidak terbatas hanya pada biaya bahan baku atau bahan mentah.
1.      KELUARAN, MASUKAN, DAN NILAI TAMBAH
2.      STRUKTUR BIAYA
3.      UPAH DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA




E.      KONSENTRASI, DAYA SAING, DAN KEBIJAKSANAAN INDUSTRI
Satu isu rawan dalam konteks perindustrian di Indonesia adalah masalah konsentrasi industri, yang kemudain bernuara ke persoalan struktur pasar industri yang bersangkutan. Akibat proteksi berkepanjangan terhadap industri – industri yang tumbuh semasa kebijaksanaan substitusi impor, diyakini terjadi konsentrasi pada beberapa jenis industri di Indonesia, sehingga pasarnya berstruktur oligopolistic.
1.      KONSENTRASI DAN DAYA SAING
2.      SASARAN KEBIJAKSANAAN






SUMBE R :
PEREKEONOMIAN INDONESIA, DUMAIRY, JAKARTA, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar